Nabi Muhammad SAW adalah keturunan bani Hasyim dari suku Quraisy. Menurut sejumlah Sirah Nabawiyah, nama Nabi Muhammad SAW berasal dari kakeknya, Abdul Muthalib.
Nama "Muhammad", sendiri berarti orang yang terpuji. Pada saat itu nama tersebut belum pernah dipakai oleh orang-orang Arab pada masa pra-Islam.
Nabi Muhammad SAW mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizhar bin Ma'ad bin Adnan dan selanjutnya hingga bertemu garis keturunan dari Nabi Ismail AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disebutkan dalam buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam karya Daeng Naja.
Sementara itu, merujuk dari buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M) karya Faisal Ismail, pilihan nama Muhammad yang diberikan oleh Abdul Muthalib kepada cucu tercinta sangat tepat, cocok, dan fenomenal.
Dikisahkan dalam buku tersebut, ketika banyak orang Quraisy yang bertanya kepada Abdul Muthalib mengapa ia memberi nama cucunya Muhammad, ia menjawab "Agar cucuku menjadi orang terpuji di langit di sisi Tuhan, dan terpuji di kalangan manusia di bumi."
Sementara itu, masih dalam buku yang sama menjelaskan bahwa kaum orientalis Barat generasi awal seperti Ignaz Goldziher, Theodor Noldeke, dan G. Well yang dengan maksud tendensius mengatakan bahwa nama asli Nabi Muhammad SAW bukanlah "Muhammad" melainkan Qusam atau Qutsamah.
Namun, pendapat ini tidak dibenarkan oleh para ulama. Sebab, riwayatnya palsu dan tidak jelas, sebagaimana dikatakan dalam buku an-Nabiy Muhammad, Insaniyah al-Insan wa Nabiy al-Anbiya karya Abdul Karim al-Khathib dan diterjemahkan oleh Jamaluddin.
Dalam jurnal berjudul Kajian Morofologis Nama-Nama Nabi Muhammad dalam Al-Qur'an karya Nabilatul Ulya juga menjelaskan mengenai nama-nama lain dari Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan bahwa sosok nabi Muhammad SAW dinyatakan dalam sejumlah sebutan. Paling tidak, ada lima sebutan sosok Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur'an, yaitu Ahmad, Muhammad, Rasul, Nabi, dan Basyar (manusia biasa).
Masing-masing sebutan tersebut mempunyai karakteristik yang dapat membedakan antara sebutan satu dengan sebutan lainnya. Meski demikian, harus diakui juga bahwa masing-masing antara sebutan tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dari lainnya, karena kelima sebutan tersebut tetap bermuara pada satu objek, yakni sosok Muhammad SAW.
Nama lain Nabi Muhammad SAW tersebut turut dijelaskan dalam sejumlah hadits. Salah satunya dari Jubair bin Muth'im RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sungguh aku mempunyai beberapa nama. Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahi (yang menghapus) yang denganku Allah menghapus kekafiran, aku adalah Al-Hasyir (yang mengumpulkan), yang manusia dikumpulkan pada qodam-ku (masa kenabianku), aku adalah Al-'Aqib (yang paling belakangan) yang tidak ada kerasulan sesudah itu." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, dalam riwayat yang berasal dari Abu Musa Al-Asy'ari RA ia berkata, "Dahulu Rasulullah SAW memperkenalkan dirinya pada kami dengan beberapa nama. Beliau berkata:
"Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Muqaffi (mengikuti nabi sebelumnya), Al-Hasyir (yang mengumpulkan), Nabiyyut taubah, dan Nabiyyur Rahmah." (HR Muslim)
Banyak para ulama yang berbeda pendapat mengenai jumlah nama-nama Nabi Muhammad SAW, Ibnu Dihyah dalam kitab karangannya, berkata: Sebagian ulama berpendapat bahwa, jumlah nama-nama Nabi SAW itu sama seperti jumlah asmaul husna.
'Athif Qosim Amin al-Maliji dalam kitabnya, Asma' Nabi Fii al-Qur'an wa as-Sunnah‛, memaparkan nama-nama nabi itu adalah Muhammad, Ahmad, 'Abdullah, al-Ummi, ar-Rahiim, al-Basyir, asy-Syaahid/asy- Syahiid, an-Nadzir, ad-Da'i ila Allah, al-Muballigh, al-Hanif, al-Mahi, Rasul al-Malahim, al-Hasyir, Nabi at-Taubah, an-Nur, as-Sirojul Munir, al-Musthofa, al-Mudatstsir, al-Muzammil, ath-Thahir, al-Muthahar, al-Muthahir, al-Mutawakkal, al-Amin, ash-Shadiq, Thaha, al-Jami', al-Wali, al-Fatih, al-Hadi, Shohibul Kautsar.
tirto.id - Slogan menjadi hal yang sangat penting dalam acara peringatan Maulid Nabi. Slogan tidak hanya berisi informasi atau menggambarkan sebuah acara, tapi juga bisa membakar semangat dan memotivasi banyak orang.
Maulid Nabi merupakan hari besar umat Islam untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal. Di tahun ini, Maulid Nabi akan bertepatan dengan Senin, 16 September 2024, yang ditetapkan sebagai hari libur nasional di Indonesia.
Tujuan perayaan Maulid Nabi adalah bentuk rasa syukur umat Islam atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi juga merupakan bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW yang telah menuntun umatnya kepada cahaya Islam.
Meski tidak ada tuntunan untuk merayakan Maulid Nabi, peringatan ini juga tidak dilarang dalam Islam. Menurut laman resmi Muhammadiyah, Maulid Nabi boleh dirayakan asalkan sesuai dengan aspek-aspek agama dan tidak melanggar syariat.
Di Indonesia, Maulid Nabi umumnya diperingati dengan berbagai acara yang digelar oleh sekolah, masjid, lingkungan warga, hingga instansi atau perusahaan.
Adapun contoh kegiatan yang biasa diadakan untuk memeriahkan Maulid Nabi antara lain pengajian, pawai, perlombaan, pameran, festival kuliner, memberi santunan kepada yang membutuhkan, hingga pentas seni Islami.
Contoh Slogan Maulid Nabi Penuh Cinta dan Makna
Ilustrasi maulid nabi Muhammad. FOTO/iStockphoto
Slogan adalah kalimat pendek yang menarik dan mudah diingat untuk memberitahu suatu informasi. Kegiatan Maulid Nabi tentunya membutuhkan slogan sebagai salah satu sarana promosi acara.
Berikut kumpulan contoh slogan untuk acara Maulid Nabi yang bisa dijadikan referensi:
1. Mengikuti Jejak Nabi Muhammad, Menyebarkan Cinta untuk Umat
2. Maulid Nabi Muhammad SAW: Teladan Sejati, Inspirasi Abadi
3. Muliakan Nabi, Tebarkan Cinta dan Kasih
4. Ikuti Sunah Nabi, Raih Cinta Ilahi
5. Rayakan Maulid Nabi, Rayakan Kebangkitan Akhlak
6. Meneladani Nabi Muhammad SAW Hadirkan Kedamaian untuk Umat
7. Semangat Maulid Nabi, Semangat Berbagi untuk Negeri
8. Dengan Maulid Nabi, Perkuat Persaudaraan dan Silaturahmi
9. Nabi Muhammad, Sumber Inspirasi Umat
10. Bersama Maulid Nabi, Tingkatkan Iman dan Refleksi Diri
11. Hidupkan Maulid Nabi dengan Kebaikan Tanpa Henti
12. Generasi Muda Tak Kenal Lelah Ikuti Sunah
13. Amalkan Kebaikan, Jadikan Nabi Muhammad Sebagai Teladan
14. Maulid Nabi, Momen untuk Peduli dan Berbagi Kasih
15. Rayakan Maulid Nabi dengan Gembira, Berbagi untuk Sesama
16. Hidupkan Maulid Nabi dengan Aksi Nyata untuk Negeri
17. Bersama Maulid Nabi, Hidupkan Sunah Setiap Hari
18. Ciptakan Harmoni dengan Maulid Nabi
19. Ingat Maulid Nabi? Selalu Ingat untuk Berbagi
20. Maulid Nabi, Motivasi untuk Berkarya dan Menggapai Mimpi
21. Mengikuti Jejak Nabi, Sang Teladan Sejati
22. Teguhkan Iman dalam Maulid Nabi, Kuatkan Persatuan dengan Silaturahmi
23. Semangat Maulid Nabi, Semangat Memperbaiki Diri
24. Memupuk Semangat Ukhuwah Islamiyah dalam Maulid Nabi Penuh Berkah
25. Meneladani Nabi, Ciptakan Hati Bersih dan Suci.
Hawariyyun atau murid Nabi Isa alaihissalam diketahui berjumlah 12 orang dan merupakan kaum dari golongan Bani Israil . Foto ilustrasi/ist
alaihissalam diketahui berjumlah 12 orang dan merupakan kaum dari golongan Bani Israil . Sebagai murid seorang nabi mereka adalah golongan yang mempercayai
sebagai utusan Allah SWT.
Ke-12 murid Nabi Isa atau Hawariyyun, mereka adalah Andreas, Barnabas, Bartholomeus, Matius, Philipus, Simon Petrus, Thadeus, Yahya bin Zabdi, Yakub bin Zabdi, Yakub bin Alpius, Yahuda, dan Yahuda Iskariot.
Para Hawariyyun ini menjadi golongan orang yang membantu Nabi Isa setelah menerima wahyu. Dalam beberapa kitab dan kisah disebutkan Nabi Isa menerima wahyu pada usia 30 tahun.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, kaum Hawariyyun dalam suatu pendapat dijelaskan jika mereka merupakan orang-orang yang bertubuh pendek.
Menurut pendapat yang lainnya, mereka dinamakan Hawariyyun karena pakaian yang selalu mereka kenakan berwarna putih. Sedangkan menurut pendapat yang lainnya menyebutkan bahwa mereka adalah para pemburu.
Dalam Al Qur'an, Hawariyyun tercantum dalam
ayat 52. Allah SWT Berfirman :
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِيۡسٰى مِنۡهُمُ الۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِىۡۤ اِلَى اللّٰهِؕ قَالَ الۡحَـوَارِيُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِۚ اٰمَنَّا بِاللّٰهِۚ وَاشۡهَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ
Artinya : "Maka ketika Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, "Siapakah yang akan menjadi penolong untuk (menegakkan agama) Allah?" Para Hawariyun (sahabat setianya) menjawab, "Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim."
Tafsir dari Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia, menyebutkan jika ayat tersebut menjelaskan tentang Para sahabat setia Isa yang menjadi penolong-penolong agama Allah dan para penyeru kepadanya.
Para Hawariyyun juga digambarkan sebagai kaum yang taat terhadap perintah Allah SWT yang diturunkan pada Nabi Isa AS. Karena mereka menyebutkan jika diri mereka beriman kepada Allah SWT dan Nabi Isa.
Selain dalam Surat Ali Imran ayat 52, Hawariyyun juga sempat dijelaskan dalam Surat As Shaff ayat 14. Allah SWT berfirman :
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ اللّٰهِ كَمَا قَالَ عِيۡسَى ابۡنُ مَرۡيَمَ لِلۡحَوٰارِيّٖنَ مَنۡ اَنۡصَارِىۡۤ اِلَى اللّٰهِؕ قَالَ الۡحَـوٰرِيُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰهِ فَاٰمَنَتۡ طَّآٮِٕفَةٌ مِّنۡۢ بَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ وَكَفَرَتۡ طَّآٮِٕفَةٌ ۚ فَاَيَّدۡنَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰى عَدُوِّهِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰهِرِيۡنَ
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah," lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang."
Dalam ayat ini juga menjelaskan tentang hal yang sama pernah dilakukan sahabat-sahabat terdekat Nabi Isa yang berkata kepada mereka, "Siapakah penolong agama Allah?" Mereka menjawab, "Kamilah penolong-penolong agama Allah."
Dalam menghadapi orang-orang yang mengingkari seruan Nabi Isa itu serta mengada-adakan kebohongan tentangnya, maka Allah menguatkan hati orang-orang yang beriman dari mereka, sehingga mereka berhasil mengalahkan musuh-musuh Nabi Isa.